Mari, Bung, Rebut Kembali!

“Men’s doubles champion…. From Indonesia! Marcus Fernaldi Gideon…. and Kevin Sanjaya Sukamuljo!”

Kalimat berikut sudah puluhan kali digaungkan pada sesi podium berbagai kejuaraan bulutangkis internasional dalam rentang waktu 2016 sampai akhir 2021. Adapun yang berlangsung pascadeklarasi tersebut yakni dua atlet kebanggaan Indonesia menapaki podium tertinggi untuk kemudian mendapatkan ucapan selamat dari para petinggi turnamen, medali, trofi, giant check, dan cendera mata berupa boneka maskot atau goodie bag atau lainnya. Tidak lupa diiringi sorak sorai para penonton meneguhkan bahwa suasana perayaan gegap gempita. Buah dari konsistensi pasangan berjuluk “The Minions” dalam merengkuh berbagai gelar juara tidak tanggung-tanggung: Menduduki peringkat satu dunia kategori ganda putra selama hampir lima tahun (27 September 2017–20 September 2022) tanpa pernah tergusur.

Mereka memang pantas meraih semua yang sudah mereka dapat sejauh ini, sangat pantas bahkan. Saya berani bertutur demikian sebab mereka begitu solid sebagai tim nyaris di setiap pertandingan yang dilakoni. Perpaduan antara Kevin dengan bakat alamnya dan Sinyo–sapaan akrab Marcus–dengan kerja kerasnya menjadikan mereka pasangan hebat sehingga berhasil menciptakan hegemoni di sektor ganda putra perbulutangkisan dunia dan turut mengukir sejarah manis bagi Indonesia, setidaknya itu pendapat beberapa orang yang saya baca dan dengar di media sosial. Saya mengamini pernyataan tersebut, tetapi tidak seratus persen.

Kata setuju saya sematkan pada bagian perpaduan Kevin dan Marcus menjadikan mereka pasangan hebat yang pada akhirnya berbuah hegemoni dan sejarah. Namun, saya kurang sependapat dengan pernyataan bahwa Kevin dengan bakat alam dan Marcus dengan kerja keras. Sebab, menurut saya itu hanya mempersempit pandangan kita ketika melihat si atlet. Seolah-olah Kevin hanya mengandalkan bakat tanpa punya skill dan sebaliknya, Marcus cuma produk hasil kerja keras tanpa kreativitas di dalamnya. Padahal, saya yakin Kevin bekerja keras dalam latihan dan Marcus memiliki segudang skill alami bulutangkis. Dengan begitu, yang membuat mereka berjaya bagi saya adalah karakter berbeda satu sama lain yang saling melengkapi.

Bagi kamu yang pernah menyaksikan pertandingan Kevin/Marcus kemungkinan besar akan sepakat bahwa karakter mereka bertolak belakang. Mengenai karakteristik permainan, keduanya mempunyai keunggulan masing-masing. Kevin dengan flick serve-nya. Marcus dengan jump smash bertubi-tubi. Kevin dengan kecepatan pergerakan. Marcus dengan kontrol ritme permainan. Kevin dengan pukulan “aneh”. Marcus dengan pengamatan cermat ruang dan bola. Dan masih banyak lagi. 

Tidak hanya karakter main, soal perangai dalam lapangan pun keduanya berbeda seratus delapan puluh derajat. Marcus yang cenderung tenang dan kalem tentu jauh bertentangan dengan Kevin yang menggebu-gebu dan kerap melakukan aksi nyeleneh kepada pemain lawan atau bahkan umpire. Gaya tengil yang ditunjukkannya membuat sebagian orang tidak menyukai putra kelahiran Banyuwangi tersebut. Meski begitu, semua menunggu keberadaannya di setiap turnamen. Para penggemar menanti beragam aksinya untuk terhibur dan para haters turut menanti aksinya untuk bahan hujatan. Di samping banyak yang suka dan tidak suka dengan Kevin, para atlet bulutangkis sendiri banyak yang gemar dengannya, tepatnya dengan gaya permainan istimewanya. Dalam salah satu wawancara BWF (federasi badminton dunia) ketika beberapa atlet ditanya siapa partner laki-laki yang ideal, hampir semua yang diwawancarai menjawab Kevin Sanjaya Sukamuljo. Banyak mendapat gelar juara, memiliki permainan yang berkelas dan menghibur, serta digemari banyak atlet lain merupakan sebuah pencapaian tersendiri bagi Kevin khususnya, dan The Minions pada umumnya.

Kegemilangan Kevin/Marcus bukannya tanpa cobaan. Semifinal All England 2022 menjadi pertandingan terakhir Marcus sebelum cedera pergelangan kaki yang sudah dirasakan sebelumnya semakin mengkhawatirkan sehingga harus menepi untuk operasi dan recovery. The Minions sempat mengikuti beberapa kejuaraan ketika Marcus sedang dalam masa pemulihan, di antaranya dua turnamen di Indonesia (Indonesia masters dan Indonesia open), dua turnamen di Jepang (World Championship dan Japan open), dan dua turnamen di eropa (Denmark open dan French open). Secara keseluruhan permainan mereka di turnamen-turnamen tersebut kurang maksimal, tetapi itu bisa dimaklumi mengingat Marcus butuh waktu untuk kembali ke penampilan terbaiknya. Apalagi sebelum menjalani dua turnamen di Jepang Kevin sempat terkena DBD yang menjadikan kondisi fisik tidak bugar seratus persen. Dampaknya, hasil dari enam turnamen tersebut kurang maksimal. The Minions berhasil meraih satu semifinal (Indonesia masters 2022) dan satu runner up (Denmark open 2022) tetapi empat sisanya mereka kalah di babak-babak awal. Hasil kurang mantap tersebut sebetulnya hanya buah dari permainan di lapangan yang tidak maksimal. Permainan mereka sebelum adanya cobaan dan setelah adanya cobaan saat itu bagai langit dan bumi. Pergerakan masih terbatas sehingga daya jelajah kurang luas.

The Minions sempat bermain ciamik di turnamen Denmark open 2022. Permainan taktis berhasil mengantarkan mereka mengalahkan Koga/Saito (Jepang) yang kala itu sedang dalam tren positif dan Chia/Soh (Malaysia) sang juara dunia 2022. Saya sempat berpikir momen tersebut merupakan awal kebangkitan Kevin/Marcus. Namun, di turnamen berikutnya (French open 2022) serta beberapa turnamen di awal 2023 permainan mereka kembali kurang maksimal. Tampaknya mereka masih berusaha menemukan permainan terbaik. Kita harus sabar menunggu mereka kembali ke pola terbaik.

Sebagai salah satu penggemar The Minions, saya tidak henti-hentinya berdoa agar pasangan tersebut kembali sehat dan bugar seperti sedia kala. Saya pun yakin satu juta persen bahwa banyak sekali penggemar Kevin/Marcus di luar sana mempunyai harapan yang sama dengan saya: melihat mereka kembali meraih gelar-gelar juara di berbagai turnamen dan terlebih lagi mendapatkan medali emas Olimpiade Paris 2024. Tentu rasanya tidak mudah jika melihat kondisi sekarang ini, apalagi ditambah desas-desus bahwa The Minions akan dipisah lalu masing-masing dari mereka akan diberi pasangan baru. Memang, mereka rencananya baru akan dipecah seusai perhelatan Olimpiade 2024. Namun, bisa saja kabar tersebut akan mengganggu fokus pikiran mereka, membuatnya menjadi bercabang-cabang.

Segala persoalan yang sedang Kevin/Marcus alami tentu menempatkan mereka pada posisi sulit. Tapi saya yakin mereka mampu bangkit untuk menduduki peringkat atas lagi. Toh, dibalik kesulitan akan selalu ada kemudahan untuk menyelesaikannya. The Minions hendaknya menunjukkan performa apik di turnamen-turnamen yang akan diikuti dalam rangka menegaskan bahwa mereka tidak layak untuk dipisah pascaolimpiade nanti. Atau semisal performa baik yang (semoga) ditampilkan nanti tidak dapat mencegah takdir untuk dipisah, percayalah bahwa performa baik tersebut menjadi suatu salam perpisahan yang manis.

Semoga semangat senantiasa menggelora dan kerja keras terus terbiasa. Mari, Bung, rebut kembali kejayaan itu!!!!!





Komentar

Paling banyak dilihat