Kenapa Kita Tidak Berdansa?: Seperti Duduk dengan Kawan Lama
Identitas Karya
Judul : Kenapa Kita Tidak Berdansa?
Penulis : Dea Anugrah
Penerbit : Shira Media
Cetakan : Pertama (tahun 2021)
Tebal : vi + 134 halaman
Orientasi/Sinopsis
Merupakan buku berisi tulisan-tulisan nonfiksi kedua karya Dea Anugrah. Berbeda dari buku nonfiksi sebelumnya yang membahas sosial dan politik dengan mengambil gambaran umum, esai-esai dalam buku ini lebih personal karena mayoritas ditulis berdasarkan pengalaman sang pengarang secara pribadi. Meski di beberapa esai masih membahas mengenai sosial dan politik, tetapi Dea Anugrah juga menulis dengan dengan bahasan mengenai fase-fase dalam hidupnya yang memiliki makna serta pelajaran di dalamnya, kepenulisan, pemikirannya akan sesuatu, tempat atau wilayah yang memiliki kesan tersendiri baginya, serta para insan di dekatnya.
Tafsiran
Buku ini berisi tujuh belas esai dengan berbagai bahasan yang berbeda. Dalam esai Jakarta, Kenapa Kita Tidak Berdansa? yang potongannya menjadi judul dari buku ini, pengarang menyoroti masalah ketimpangan sosial-ekonomi yang terjadi di Jakarta kemudian dibawanya pembawa kepada polarisasi politik pada saat pilkada maupun pilpres yang menyebabkan orang-orang Jakarta tidak berdansa. Mengenai hiruk pikuk dalam politik juga tergambarkan dalam esai Harapan, Dari Dekat Sekali.
Dalam esai berjudul Distrik, dibahas mengenai pemicu sang pengarang bersama timnya untuk membuat street documentary dengan judul sama yang tayang di kanal youtube Asumsi. Acara tersebut menyoroti kehidupan di suatu wilayah yang pasti memiliki subkultur unik dibandingkan wilayah lain, baik subkultur sosial, politik, ekonomi, budaya, pendidikan, dan masih banyak lagi. Esai dengan tema besar yang senada turut terdapat pada esai bertajuk Arus Balik Sunda Kelapa, Rumah = Nostalgi + Fantasi, Enam Menit Untuk Selamanya, dan Kota Terbaik di Dunia.
Dalam buku ini Dea Anugrah juga menulis ulasan buku yang menurut saya ulasannya sangat cermat dan teliti. Esai berjudul Yang Menarik dan Tidak Menarik dari Pulang berisi review buku berjudul Pulang karya Leila S. Chudori. Esai mengenai kepenulisan lainnya terdapat pada Asal-Usul Penderitaan.
Evaluasi
Berbeda dari buku kumpulan esai Dea Anugrah sebelumnya yang mengambil tema luas dan rumit sehingga esai yang dihasilkan terkesan flat dan tidak memberikan kesan mendalam bagi pembaca (terasa seperti membaca berita di surat kabar), buku ini mengambil tema personal dan menceritakan hal-hal kecil yang dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga pembaca merasa relate. Mungkin karena membahas hal sederhana, bahasa yang digunakan pun lebih luwes dan tidak terkesan menggurui. Tidak lagi seperti membaca berita di surat kabar, buku ini terasa seperti Dea Anugrah duduk bersama pembaca untuk kemudian menceritakan kisah-kisah unik berdasarkan pengalaman hidupnya. Selain itu, diksi yang digunakan pengarang dalam esai-esainya unik dan memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan buku-buku lain.
Meski begitu, menurut saya beberapa esai dari buku ini terlalu personal untuk diangkat menjadi bagian penyusun buku ini. Sebetulnya tidak masalah jika topik yang diangkat terlalu personal, hanya saja esai-esai tersebut terkesan seperti membaca catatan diary seorang Dea Anugrah karena tidak adanya pembahasan lebih umum yang membuat esainya lebih menarik. Jika dibandingkan dengan esai-esai lain dalam buku ini yang memiliki pembahasan unik dan mendalam terhadap kondisi masyarakat, maka esai-esai terlalu personal tersebut terlihat tidak tepat untuk muncul di buku ini.
Kesimpulan
Di samping kelebihan dan kekurangannya, buku ini sangat layak untuk dibaca oleh masyarakat luas, terutama masyarakat Jakarta. Buku ini memiliki cara pandang yang unik dan berbeda mengenai suatu fenomena yang pernah atau sedang terjadi di masyarakat dari berbagai golongan dan usia.
Karena buku ini tidak terlalu tebal maka bisa dihabiskan hanya dalam sekali duduk. Entah saat menunggu makanan turun setelah selesai makan siang atau dalam perjalanan pulang di kereta commuter line atau di manapun itu.
***
Ini merupakan esai ulasan pertama saya. Tentu masih banyak kekurangan di sana-sini. Untuk itu, diharapkan kepada para pembaca menaruh kritik dan saran di kolom komentar demi kualitas ulasan yang lebih baik di masa mendatang. Terima kasih :)
Komentar
Posting Komentar