Memori Menguar (DRAFT)
***
Para penumpang yang baru turun dari kereta api bergegas menuju pintu keluar stasiun. Dari kerumunan itu, saya terfokus kepada satu wanita yang membawa tas tangan berwarna krem. Dia cantik. Tapi bukan itu alasan saya menatapnya terus-menerus. Wajahnya terasa tidak asing buat saya. Meski begitu, sulit mengingat siapa wanita itu. Maksudnya, saya tidak tahu atau mungkin lupa siapa namanya, pernah bertemunya di mana, dan apakah antara kami pernah berinteraksi langsung atau tidak. Sementara kawan-kawan seprofesi meneriakkan nama jasanya buat menarik pelanggan, saya hanya diam sambil mencoba mengingat-ingat soal wanita itu dengan hasil yang nihil.
Ah, mungkin dia cuma cewek yang nggak sengaja papasan di pasar, alun-alun, tempat karaoke, jalanan, atau di manapun itu.
Beberapa kawan sudah pergi dengan motor mereka buat mengantar penumpang masing-masing. Fokus saya berganti menjadi berteriak seperti yang dilakukan kawan-kawan tadi. Kerumuman di pintu keluar sudah tidak sebanyak tadi. Saat sedang memperhatikan mereka, terlihat wanita itu berjalan mendekat ke arah saya. Langkahnya pendek-pendek sehingga butuh waktu lebih lama buat sampai di hadapan saya. Begitu dia tiba, buru-buru saya mematikan rokok yang sudah pendek dengan menjatuhkannya ke tanah lalu diinjak.
“Kalo ke daerah ******** berapa, mas?”
“Mmm… tiga puluh ribu.”
Kemudian wanita itu melihat saya sambil mengerutkan dahi. Sepertinya dia mencoba mengingat-ingat sesuatu.
“Eh? Tyo, ya?”
Saya kaget, “I- Iya.”
“Wah, apa kabar? Udah lama banget nggak ketemu.”
Komentar
Posting Komentar