Membaca untuk Merdesa
Berdasarkan survei tingkat literasi Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis pada 2019, Indonesia hanya menduduki peringkat 62 dari 70 negara. PISA menunjuk para siswa usia lima belas tahun dari sekolah yang seluruhnya dipilih secara acak untuk melakukan serangkaian tes yang di dalamnya terdapat aspek membaca. Survei tersebut sebagai gambaran kecil betapa rendahnya minat baca di Indonesia. Hal itu tentu berbahaya sebab dapat berdampak kepada pembangunan bangsa yang lambat dan kualitas sebagian besar individu yang kurang terampil.
Mahasiswa merupakan sosok cendekiawan muda yang diharapkan mampu membawa perubahan bagi bangsa ke arah yang lebih baik, termasuk perannya dalam meningkatkan minat membaca untuk dirisendiri maupun masyarakat sekitar. Para mahasiswa hendaknya bernalar kritis atas segala sesuatu yang terjadi di hadapannya sesuai karakter Profil Pelajar Pancasila. Begitu mengetahui bahwa minat baca di Indonesia masih sangat rendah, mereka hendaknya inisiatif berdiskusi secara logis serta ilmiah untuk menentukan apa penyebab dasar dari masalah tersebut. Di Indonesia sendiri masih banyak kekurangan akan akses terhadap buku, terutama di daerah terpencil dan terluar.
Secara umum, cara penyelesaiannya yaitu dengan membangun perpustakaan berisi ribuan buku di berbagai desa di Indonesia kemudian berharap masyarakat akan berbondong-bondong datang ke sana. Pada kenyataannya, banyak perpustakaan yang dibangun dan dipermegah tetap saja sepi pengunjung. Di sinilah karakter kreatif para mahasiswa dibutuhkan. Mereka perlu ambil peran krusial ini dengan melakukan sesuatu yang sifatnya menarik minat masyarakat agar mau pergi ke perpustakaan. Mereka bisa mengadakan kegiatan yang segar dan menyenangkan (asyik). Kegiatan itu dapat berupa promosi di medsos dengan cara kekinian (mengikuti tren), mengadakan acara pertunjukkan musikalisasi puisi, acara nonton pentas drama, acara nonton film bersama, acara diskusi buku, serta acara perlombaan berhadiah seputar membaca dan menulis. Dengan begitu kegiatan di perpustakaan lebih bervariasi hingga membuat masyarakat penasaran dan pada akhirnya pergi ke sana. Selain itu, para mahasiswa hendaknya bergotong royong dengan pihak lain, semisal berkolaborasi dengan band yang dikenal masyarakat untuk bermusik atau mengundang klub teater untuk tampil di sana. Dengan begitu para penggemar band atau klub teater tersebut turut mau datang ke perpustakaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Merdesa didefinisikan sebagai layak; patut; sopan (beradab). Sudah sekian puluh tahun Indonesia merdeka, tetapi apakah negara ini sudah mencapai merdesa? Salah satu upaya menuju kemerdesaan yaitu dengan membaca buku lalu menerapkan hal-hal positif di dalamnya dalam keseharian. Mahasiswa sebagai agent of change tentu harus senantiasa gigih dalam meningkatkan minat membaca. Sebab ketika seluruh masyarakat Indonesia memiliki ketertarikan tinggi terhadap membaca, akan banyak pengetahuan dan inspirasi yang terserap untuk kemudian diaplikasikan menjadi sebuah gagasan atau karya yang bermanfaat bagi banyak orang. Saat hal itu tiba, maka bangsa kita telah memiliki kelayakan dan kepatutan.
“Membaca ialah upaya merengkuh makna, ikhtiar untuk memahami alam semesta,” tutur seorang jurnalis Indonesia, Najwa Shihab, pada suatu hari, “Itulah mengapa buku disebut sebagai jendela dunia, yang merangsang pikiran agar terus terbuka.” Pikiran yang terbuka akibat kerap membaca membuat para pelakunya memiliki karakter kebinekaan global dalam bentuk menghormati perbedaan yang ada, menjaga identitas bangsa, belajar dari keberhasilan dan kegagalan di masa lalu, serta melakukan inovasi untuk masa depan yang lebih baik. Semua hal itu ialah ciri para insan dari bangsa yang beradab.
Pada akhirnya, para mahasiswa memiliki peranan penting dalam meningkatkan minat baca bagi masyarakat Indonesia. Mereka harus mengeksekusi segala gagasan yang ada dengan seru dan tidak kaku agar menarik lebih banyak minat masyarakat terutama anak muda. Hidup membaca! Hidup mahasiswa Indonesia! Merdesa!
*****
Tulisan ini saya buat untuk mengikuti lomba menulis esai di sebuah unit kegiatan mahasiswa di salah satu kampus. Saya kalah dalam lomba tersebut.
Komentar
Posting Komentar