Review Kita Pergi Hari Ini: Sampulnya Gemoy, Tapi Isinya....

Kita Pergi Hari Ini karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie dibuka dengan kisah sebuah keluarga yang tinggal di Kota Suara, tepatnya di rumah berwarna merah nomor 17. Keluarga tersebut terdiri dari Pak Mo, Bu Mo, beserta ketiga anak mereka yaitu Mi, Ma, dan Mo. Pak Mo dan Bu Mo harus pergi bekerja dalam rangka mencari uang. Di masa lalu, di kota tersebut, uang gampang ditemukan di laut, bawah tanah, dan ranting pohon. Tapi semua uang udah di laut udah dirampas sama perompak, uang di bawah tanah dicuri sama perampok, dan uang di ranting pohon diambil sama pengusaha kayu yang jahat. Maka sepasang suami-istri Itu harus pergi ke luar rumah yang berarti harus ninggalin anak-anak mereka untuk Waktu beberapa jam setiap hari. Mereka yang tidak ingin anak-anaknya tinggal di rumah tanpa pendampingan sosok dewasa minta bantuan dengan mengirim kancing ke petugas pos yang berwujud burung pelikan–kancing berfungsi sebagai simbol minta pertolongan. Seekor Kucing Luar Biasa–Kucing yang berukuran lebih besar dari tubuh anak-anak dan berperilaku seperti manusia–bernama Nona Gigi datang untuk bantu jagain Mi, Ma, dan Mo. Dari situlah Mi, Ma, dan Mo diasuh dengan dikasih berbagai yang sangat enak sekali dan berbagai pengetahuan dan pembelajaran soal banyak topik. Sampai sini kedengeran kayak cerita anak-anak biasa, kan?



Suatu hari Nona Gigi mengajak Mi, Ma, Mo, beserta Fifi dan Fufu (dua anak tetangga yang baru saja pindah ke Kota Suara dan datang bermain ke rumah merah nomor 17) pergi ke Kota Terapung Kucing Luar Biasa, kota di mana Nona Gigi tinggal. Mereka semua naik kereta air dengan cara yang cukup absurd dalam balutan fantasi kayak di serial Doraemon. Kereta air Itu dimasinisi oleh Kolonel Jagung–wujudnya bener-bener kayak tanaman jagung–yang membawa kereta menuju perhentian terakhir yaitu sirkus sendu. Mulai dari sini kemuraman, kegelapan, serta kebrutalan di novel ini bermula. Sirkus pada umumnya ngasih berbagai atraksi yang bikin para penonton kagum lalu tepuk tangan lalu terpuaskan. Tapi ini sirkus sendu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sendu berarti berasa sedih dan pilu; duka cita; sedu. Maka sirkus sendu adalah pertunjukkan atraksi yang dimaksudkan supaya penonton berasa sedih dan pilu; duka cita; sedu. Gue nggak mau cerita detail soal apa aja yang terjadi di dalam tenda sirkus sendu, tapi singkatnya ada hubungan sama Kolonel Jagung, darah, dan air mata.



Begitu pertunjukkan sirkus sendu selesai, mereka lanjutin perjalanan menuju Kota Terapung Kucing Luar Biasa. Kota Terapung Kucing Luar Biasa dihuni oleh sangat banyak sekali Kucing Luar Biasa, berbagai tumbuhan, berbagai hewan, dan tentunya manusia. Mereka tiba di Ibu Kota Kota Terapung Kucing Luar Biasa dan berkeliling mulai dari pasar sampai akhirnya sampai ke rumah Nona Gigi. Keesokan harinya, anak-anak dikasih kebebasan buat jalan-jalan di kota sendiri. Mi pergi sama Fufu, Ma sama Fifi, sedangkan Mo yang belum bisa jalan dan ngomong dengan jelas pergi sama Nona Gigi. Semua pergi ke tempat berbeda dan masing-masing dari mereka menemui keanehan demi keanehan di kota Itu. Keanehan yang kemudian berubah menjadi ketakutan dan kengerian (nggak tahu apa bedanya) bagi anak-anak Itu. Ketakutan dan kengerian yang kemudian bikin cerita jadi tegang, mencekam, makin gelap, suram, sedih, dan berbanding terbalik sama kegemoyan yang disajikan di sampul serta berbagai ilustrasi di dalamnya.



YANG UNIK DARI BUKU INI

* Meski latar tempatnya adalah tempat fantasi yang entah di mana, tapi penulis masukin referensi kearifan lokal kayak klepon, jam gadang, nasi kuning, dodol garut, soto babat, indomie, gunung bromo, dan sambal terasi. Ada juga catatan kaki ngaco di beberapa halaman yang sangat absurd sekali. Cukup menggelitik lihat semua referensi Itu soalnya bikin cerita fantasi jadi makin fantasi.


* Mahluk-mahluk ngga normal tipikal film fantasi anak-anak kayak Pelikan Pos–burung pelikan yang jadi petugas pos, Kucing Luar Biasa–kucing berukuran besar yang berperilaku kayak manusia, Wanita Cahaya–Sosok yang bisa terbang ke bulan, Kolonel Jagung–tanaman jagung yang bisa menyetir kereta air. Kalo lo tahu Studio Ghibli, karakter di buku ini dan film-film dari studio Itu sama anehnya, baik dari bentuk fisik maupun perbuatan. Tapi ini versi lebih gelapnya.


* Gaya penulisan yang menyajikan penjelasan meta tiap istilah yang hadir serta penjelasan absurd dualisme makna pada setiap kata yang punya makna ganda. Maka ceritanya jadi agak ribet tapi ngasih pengalaman membaca yang beda.



Begitu beres baca, gue dibuat kaget sama twist di halaman sangat terakhir sekali yang ada hubungannya sama halaman sangat pertama sekali. Sudah mah ceritanya muram, kalimat terakhir bikin tambah JLEBBB. Beberapa pesan di buku ini bisa gue pahamin–termasuk di dalamnya penggambaran hewan layaknya manusia dan sebaliknya–sedangkan sisanya masih Susah Dimengerti. Baca buku ini kayak lagi Mimpi Indah di awal tapi berubah jadi Mimpi Buruk di akhir. Pada akhirnya, gue dapet pemahaman kalo buku ini bukan buku buat anak-anak (maupun remaja awal.) Segitu dulu ulasan dari gue, sampai ketemu di Lain Hari^^

Komentar

Paling banyak dilihat