Review Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam: Liputan Menarik dari Berbagai Topik
***
Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam karya almarhum Rusdi Mathari merupakan kumpulan reportase–meliput suatu peristiwa dengan mendatangi langsung lokasi kejadiannya–yang dilakukan sang penulis. Berbagai topik bahasan berbeda tersaji di buku ini, di antaranya pandangan masyarakat Indonesia tentang penderita AIDS yang harus dijauhi sebab dianggap penyakit hina, monopoli bisnis oleh sebuah perusahaan bioskop, keseharian dan berbagai kisah yang mayoritas sedih dari para penghuni panti jompo, upaya penyelesaian kasus pembunuhan Munir yang penuh lika-liku dan ketegangan, orang-orang tidak terbukti bersalah yang dipenjara sebab dituduh melakukan sodomi kepada seorang siswa di sebuah sekolah di Jakarta, kisah dibalik peliputan kasus Antasari Azhar yang kompleks dan melelahkan seperti kasus itu sendiri, konser perayaan empat puluh tahun grup musik God Bless dan kilas balik perjalanan grup tersebut, riuh dan hubungan antarmanusia di pasar tradisional, lautan sawit yang mengepung sebuah wilayah penduduk di Kalimantan, aliran listrik yang sulit sekali untuk didapat oleh masyarakat di sebuah wilayah di Jawa Timur dan dugaan dibaliknya, pembenahan trotoar dan fasilitas umum lain dari pedagang dan rumah liar di kota Solo, hiruk pikuk reklamasi teluk Jakarta antara Ahok dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta ketakutan akan terjadinya masalah seperti kasus PIK, kehidupan masyarakat Aceh pasca-tsunami, serta konflik antara masyarakat syiah dan islam sunni di Madura yang saling serang dan sisi gelap kehidupan para pendakwah di Pulau Garam.
Walaupun hampir semua isu yang dibahas di sini kejadiannya pas dekade 2000-an sampai 2010-an awal tapi tetep menarik buat dibaca. Soalnya setiap isu diulik secara mendalam sehingga menyajikan berbagai macam sub bahasan yang unik, bikin penasaran, dan pastinya nggak pernah kepikiran sama gue. Bikin gue kayak “Oh, ternyata isu A ada hubungannya sama isu Z” atau kayak “Ternyata ada banyak cerita lain ya di balik suatu fenomena atau isu.” Dalam satu isu yang dibahas pun ada berbagai pandangan dari berbagai narasumber, which is great buat ngilangin bias dari penulis. Belum lagi ditambah sama kemahiran Sang Penulis dalam memilih dan merangkai kata-kata yang bikin nggak terasa kayak baca novel alih-alih reportase.
Sebagai kumpulan reportase, buku ini ngasih kita data dan fakta berkaitan dengan isu yang lagi dibahas. Sekali lagi, dengan keterampilan Cak Rus, beliau bisa bawain data-data yang ada dengan penyusunan kalimat yang jelas dan gampang buat dipahami. Sehingga walaupun topik yang lagi dibahas adalah topik serius dan rumit, tetep aja kita bisa memahami bahasan yang ada dengan sajian reportase yang ringan, rapi, dan alur cerita yang disusun sedemikian rupa agar perpindahan satu sub bahasan dengan sub bahasan lain nggak bikin pembaca bingung. Dengan cara-cara ini, Cak Rus bisa bikin gue tertarik sama tiap bahasannya. Bahkan sampai bikin gue ikutan empati sama orang-orang yang lelah dan susah payah memperjuangkan sesuatu di tiap tulisannya.
Meski begitu, ada beberapa tulisan di Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam yang premis atau topik utama bahasannya kurang menarik buat gue pribadi yang bikin satu keseluruhan reportasenya jadi hambar. Sebut aja tulisan soal monopoli bioskop, panti jompo, konser God Bless, dan pembenahan fasum di Solo. Bahasan-bahasan itu kerasa jauh banget sama dunia gue sehingga bikin gue nggak pengen tahu lebih jauh lewat mbah gugel terkait bahasan yang udah disebutin begitu selesai baca tulisannya. Beda sama bahasan yang nggak disebutin di atas yang langsung gue cari tahu lebih banyak. Well, ini emang subjektif dan cuma masalah selera doang, sih. Dibanding buku ini, gue lebih suka buku Cak Rus yang judulnya Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan. Buku itu berisi catatan liputan dan reportase juga, tapi hampir semua (atau mungkin semua) topiknya bikin gue mau ngulik lebih jauh. Tapi secara keseluruhan, baik buku itu maupun Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam sama-sama worth it buat dibaca. Akhir kata, selamat hari raya Idulfitri 1445 H, mohon maaf lahir dan batin^^
Komentar
Posting Komentar