Review Di Tanah Lada: Di Tanah Derita
***
Halo semuanya. Kali ini gue mau bahas sebuah buku yang sukses bikin nangis brutal yaitu Di Tanah Lada karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Gue baca buku ini pas 2022 dan sampai gue nulis review ini (30 Juni 2024) trauma gue terhadap buku ini masih lekat di kepala. Kenapa bisa sampai trauma? Anyway, buku ini bercerita tentang anak perempuan berumur enam tahun bernama Ava yang hidup di tengah keluarga yang toxic, terutama bapaknya yang abusive ke ibunya Ava dan juga Ava. Bapaknya ini selalu maki-maki, menghina, sampai main fisik buat suatu persoalan yang remeh atau bahkan kadang tanpa sebab. Nggak cuma kasar, bapaknya Ava juga apatis sama dunia di sekitarnya (termasuk keluarganya sendiri) sama doyan judi. Kebiasaan judi bapaknya Ava makin lama makin akut. Sampai suatu hari keluarga Ava harus menjual semua harta termasuk rumah gara-gara perbuatan bodoh itu.
Ava sekeluarga pun pindah ke Rusun Nero yaitu bangunan rumah susun di daerah sekitar perkampungan yang bisa dibilang kumuh. Di rusun itulah Ava ketemu sama bocah laki-laki berumur sepuluh tahun bernama P. Iya, namanya cuma satu huruf doang. P ini seorang pengamen yang juga tinggal di Rusun Nero. Mereka mulai ngobrol tentang banyak hal mulai dari bahasan remeh-temeh sampai cerita-cerita kondisi keluarga masing-masing yang penuh derita. Seiring waktu Ava sama P sering ketemu terus main dan jalan-jalan bareng, karena itu lama-lama mereka berdua jadi deket.. Di sisi lain bapaknya Ava masih kecanduan judi terus semakin kasar ke istrinya dan anaknya.
Singkat cerita ibunya Ava udah nggak kuat sama semua tindakan abusive itu terus ngebawa Ava kabur dari Rusun Nero sekaligus bapaknya Ava menuju ke pulau seberang. Sementara di Rusun Nero P sedih sebab kehilangan sahabatnya dan dia nggak pengen hal itu terjadi. Makanya pas Ava ngabarin P lewat telepon, P langsung nyamperin ke hotel tempat Ava dan ibunya menginap. Nggak cuma itu, P pun akhirnya mutusin buat ikut nemenin Ava ke mana pun dia pergi. Mereka pun melanjutkan perjalanan dan di sepanjang itu terungkap rahasia dan cerita-cerita lain seputar hidup Ava maupun P. Hingga di suatu obrolan, Ava mengajak P untuk pergi ke suatu tempat. Ngomong-ngomong soal judul, Tanah Lada ini sebenarnya sebuah tempat yang beneran ada di buku ini, tapi juga sekaligus merupakan utopia si tokoh utama yaitu Ava tentang sebuah tempat yang menumbuhkan kebahagiaan buat dia. Sebuah tempat yang aman, tenang, juga damai. Tempat yang selama ini nggak pernah dia huni gara-gara bapaknya.
Meskipun ceritanya gloomy banget tapi cara novel ini bercerita cukup lucu dan gemesin karena ngambil dari sudut pandang Ava dengan segala pemikiran polos dan aneh khas anak bocah. Ya, walaupun nggak ngurangin kemuraman ceritanya sama sekali, sih. Sebenernya ada plus minus sih dari penempatan Ava sebagai sudut pandang murni. Karena dari kecil Ava ini selalu bawa kamus (KBBI) ke mana-mana jadinya gaya berceritanya kayak baku dan terlalu formal gitu. Belum lagi gaya cerita Ava yang muter-muter ke sana kemari dan bikin pusing sehingga kadang agak susah dipahami, setidaknya buat gue. Pembaca juga nggak bisa dikasih gambaran perasaan dan pemikiran para tokoh lain soalnya cerita dilihat dari kacamatanya Ava doang. Kita nggak bisa tahu tuh kenapa ibunya Ava nggak dari dulu ngelawan dan kabur, apa yang selama ini terjadi sama Mas Alri, Kak Suri, Bapaknya P, dan berbagai tokoh lain. Terkesan ada bagian cerita yang hilang dan tidak terselesaikan.
Tapi terlepas dari itu semua buku ini berhasil ngebawa concern soal hak seorang anak untuk hidup bahagia dengan baik.
Komentar
Posting Komentar