Musim Dingin Jatuh Lebih Cepat di Langit Philadelphia: Reinkarnasi


Mike menoleh ke sosok di sebelahnya yang sedang serius menyaksikan pertandingan bisbol di depan matanya,

“Kau percaya reinkarnasi?”


Seketika tatapan Aaron beralih untuk membalas Mike. Pria yang telah menginjak usia kepala empat sekitar dua minggu lalu itu memasang muka kebingungan sebab dia tidak mendengar apa yang baru saja sahabatnya katakan. Riuh sorak sorai penonton di sekitarnya membuatnya demikian. 


“Apa? Kau bicara sesuatu?” diletakkan oleh Aaron salah satu telapak tangan di dekat telinga seraya sedikit mendekatkan kepala ke lawan bicara.


Mike pun mengulangi pertanyaan yang sama. Persis setelah dia menyelesaikan kalimatnya, batter dari tim tuan rumah berhasil melakukan pukulan home run yang membuat nyanyian, sorakan, tepuk tangan, dan teriakan ribuan pendukung yang ada di stadion makin menggila. Termasuk Aaron dan Mike turut terperanjat dan memekik meskipun tidak sempat melihat aksi keren tersebut. 


Aaron kembali meneleng ke arah Mike diiringi kekehan kecil, “Entahlah apa aku percaya atau tidak, kawan,” Telunjuknya diacungkan ke lapangan bisbol, “Tapi yang jelas aku percaya kalau Phillies bisa naik ke peringkat atas di akhir musim panas ini dan lolos ke babak gugur.”


“Semoga.”


Euforia home run telah selesai. Mike dan Aaron kembali duduk seperti para penonton lain dan bersiap terpukau dengan aksi-aksi berikutnya. Namun ada yang sedikit mengganjal dalam pikiran Aaron, terlihat dari kerutan yang terbentuk di dahinya. Terdapat rasa penasaran mengapa Mike menanyakan hal tersebut. Aaron sudah terbiasa dengan pertanyaan aneh dan tidak umum yang tiba-tiba dilontarkan oleh Mike, hanya saja kali ini dia penasaran dengan alasan Mike bertanya soal reinkarnasi.


“Kau sendiri percaya?”


“Kurasa iya.”


“Memang kau ingin reinkarnasi jadi apa kalau bisa memilih?”


“Hmmm…. Mungkin salju.”


Aaron merunduk untuk mengencangkan ikatan tali sepatu kanannya, “Kenapa salju?”


“Entahlah. Aku hanya suka dingin. Kalau reinkarnasi jadi sesuatu yang dingin pasti aku akan menyukainya.”


“Pilihan yang bagus. Walaupun wujudnya dingin, tapi salju bisa memberikan hangat di saat bersamaan. Kehangatan berupa suasana nyaman ketika berkumpul dengan orang-orang sekitar yang kita kasihi bersamaan dalam menyambut sukacita Natal. Itu hal yang sangat layak.”


Mike terkekeh sambil menggeleng heran, “Bicaramu seperti pemuka agama saja.”


Aaron ikut terkekeh kecil, “Hanya saja bagian buruknya kau menempel terjatuh di aspal lalu terlindas mobil. Atau menempel di pohon dan diberaki tupai.”


“Lebih mending jatuh di kaca depan mobil. Tentu menyenangkan bisa berayun-ayun bersama wiper. Tidak sekejam dilindas mobil dan tidak semenjijikan terkena tahi tupai.”


Mike menatap kosong ke lapangan, “Meskipun percaya, aku tidak ingin hal itu terjadi. Setidaknya tidak padaku.”


Tampaknya Aaron tidak mendengar perkataan sahabatnya baru saja sebab suaranya tertutup oleh riuh yang kembali hadir di masing-masing pita suara para penonton yang hadir di tribun. Aksi tim Phillies lagi-lagi berhasil membuat gemuruh seluruh penonton termasuk Aaron, terkecuali Mike. Tidak ingin mengganggu kenikmatan menonton Aaron, Mike memilih untuk tidak melanjutkan percakapan.

Komentar

Paling banyak dilihat