Ninotores #2

 


Bel dipencet dua kali.


“Paket nasi ayam teriyaki tahu bacem buat meja empat.”


Pramusaji pergi membawa makanan yang diberi padanya. Si Tukang Masak langsung mulai

menyiapkan pesanan berikutnya sehabis menghela napas.


“Kau harus istirahat. Wajahmu terlihat amat pucat,” ucap bayangan si Tukang Masak yang

berbaring di lantai dapur.


"Saya masih kuat. Pagi tadi, kan, udah minum obat."


"Obat akan berfungsi optimal bila kau membiarkan badan itu rehat sejenak."


"Kau ini sok tahu banget, sih. Memangnya kau dokter?"


"Sudah kuduga. Kau akan membantah ucapanku lagi seperti kemarin ketika aku melarangmu untuk kencan dengan Alana."


"Aduhhh.... Kenapa bahas begituan lagi, sih?"


"Kau harus menjauh darinya."


"Siapa kau berani menyuruh-nyuruh saya harus ini harus itu. Kau itu cuma bayangan!"


"Aku adalah bayangan kau. Kita satu kesatuan. Aku adalah kau. Begitu pula sebaliknya."


"Kita tidak sama! Saya kepingin senang dan kau tidak mau aku senang. Udah, saya harus beresin pesanan ini. Jangan ganggu."


Si Tukang Masak kembali mengaduk-aduk nasi goreng yang sudah diberi bumbu dan kecap manis. Bayangan Tukang Masak pun mengikuti gerakan lawan bicaranya baru saja. Kepala Tukang Masak pusing bukan main, ditambah hawa dapur yang panas membuatnya tambah kunang-kunang. Sampai sesaat sebelum nasi goreng dihidangkan dia terjatuh dan seketika pandangannya gelap. Kali ini Bayangan Tukang Masak tidak ikut jatuh, tapi tertiban oleh Tukang Masak. 


Mau jatuh ataupun tertiban, semua tidak ada artinya sebab dia tidak bisa merasa sakit. 


Si Tukang Masak tersadar dan mendapati dirinya berbaring di ranjang rumah sakit. Kursi di dekatnya diisi oleh perempuan bergaun hitam dengan corak bunga daisy bernama Alana. Dia bicara bahwa sebelumnya bangku itu diduduki manajer restoran tempat Tukang Masak bekerja lalu pulang begitu dirinya datang dan bilang ingin menunggu sampai Tukang Masak Bangun.


"Udah berapa lama kau nunggu?"


Alana mengecek arloji, "Mmm.... Kurang lebih dua jam-an, lah."


"Terus toko bunga kau?"


"Aku tutup sebentar. Aku khawatir banget kamu kenapa-kenapa. Untung tadi dokter bilang kamu cuma kecapekan."


Tukang Masak meraih tangan Alana dan coba membuat suasana lebih tenang. Tangan Bayangan Tukang Masak pun turut memegang Bayangan Tangan Alana. Tapi berbeda dari Tukang Masak yang tersenyum, Bayangan Tukang Masak muak. Tambah muak saat dia terpaksa mengikuti gerakan Tukang Masak meraih seikat bunga lavender yang kata Alana bisa mengurangi sakit dan nyeri sewaktu dihirup. Sudah tidak senang melihat Tukang Masak dan Alana semakin mesra, dia tidakpun bisa menghirup aroma yang membuat rileks itu. Kemuakannya memuncak saat mendengar mereka akan kembali kencan setelah kondisi kesehatan si Tukang Masak pulih. 


Tibalah hari kencan itu. Tukang Masak bersemangat menunggu bis kota datang di halte terdekat dari rumahnya. Sebelumnya dia dan Alana sudah janjian akan pergi ke kafe bernuansa dinosaurus di Jalan Anggrek Raya. Tapi sebelum ke sana, Tukang Masak akan mampir ke toko bunga milik Alana untuk menjemputnya. Bayangan Tukang Masak memaksa Tukang Masak membatalkan pertemuan itu dan berhenti berhubungan dengan Alana yang dianggapnya punya maksud buruk dalam mendekati Tukang Masak. 


Bayangan Tukang Masak tidak tahu bahwa cinta itu membutakan.


"Kalau kau tetap ingin pergi ke sana, silakan sendiri saja."


Bayangan Tukang Masak buru-buru minggat dari tubuh Tukang Masak. Si Tukang Masak panik mendapati dirinya tanpa bayangan lalu mengejar Bayangannya. Sinar matahari sore membuat ukuran Bayangan lebih besar termasuk kakinya, memungkinkan mengambil langkah besar-besar. Ditambah tubuh tipisnya bisa berjalan kapanpun. Bisa berjalan di kolong mobil yang sedang melintas, masuk ke toko buku tanpa membuka pintu, dan dengan mudah melewati kerumunan pendemo harga korek api yang semakin tidak masuk akal. Tukang Masak yang sudah kewalahan hilang jejak dengan Bayangannya. 


Saat dia sedang berhenti dan terengah-engah, terlihat perempuan yang sedang menyeberang jalan hendak tertabrak bus kota yang sedari tadi membunyikan klakson. Dia buru-buru pergi ke tengah jalan dan mendorong tubuh perempuan itu bersamanya ke seberang jalan. Keduanya terjatuh dengan mata orang-orang sekitar yang terkejut melihat mereka. Sementara bus terus melaju diiringi klakson.


"Kau nggak apa-apa?" Tanya Tukang Masak pada perempuan itu.

Komentar

Paling banyak dilihat