Review Dona Dona: Petualangan Melintasi Waktu (Lagi)

 ***


Konnichiwa minna-san! Setelah kita ngikutin petualangan para pelanggan kafe pergi ke masa lalu atau masa depan dengan macam-macam tujuan di Funiculi Funicula dan Funiculi Funicula 2, sekarang petualangan berlanjut di kafe yang berbeda yaitu Dona Dona. Karya Toshikazu Kawaguchi yang menjadi buku ketiga dari seri “Before The Coffee Gets Cold” ini secara garis besar punya konsep cerita yang sama dengan dua novel pendahulunya. Para pengunjung yang datang ke kafe bisa kembali ke masa lalu atau pergi ke masa depan dengan duduk di salah satu kursi di kafe. Tapi buat ngelakuin time travel ada banyak peraturan ruwet dan menjengkelkan yang mau nggak mau harus dipatuhi sama orang yang pengen melintasi waktu. Buat detail peraturannya udah pernah gue bahas di review dua buku sebelumnya ya.


Sesuatu yang membedakan Dona Dona dengan novel sebelumnya yang paling gamblang yaitu lokasi Kini dua sepupu yaitu Nagare Tokita dan Kazu Tokita bertugas melayani pelanggan di kafe Dona Dona yang berada di Hakodate, Hokkaido sehingga ninggalin kafe Funiculi Funicula buat sementara waktu. Gara-gara kafenya beda kota, suasana sekitar kafe digambarin berbeda banget. Kafe Dona Dona yang letaknya dekat kaki gunung hakodate dan pinggir laut ini bikin daerah situ menjadi lokasi wisata bagi ramai pelancong. Suasana alam yang indah sering digambarin dalam bentuk pemandangan yang menyejukkan. Sementara kafe Funiculi Funicula yang terletak di bawah tanah di salah satu gang di Tokyo cenderung menyajikan suasana yang sumpek dan sunyi. Satu perbedaan lagi yaitu para karakternya yang sebagian besar berbeda dari sebelumnya (ya iyalah orang latar tempatnya aja beda)


Kenapa Nagare sama Kazu tiba-tiba kerja di kafe Dona Dona? Terus kafe Funiculi Funicula gimana? Itulah pertanyaan yang ada di pikiran gue sebelum baca buku ini. Tapi baru baca babak awal doang gue udah ketemu penjelasannya. Nagare sama Kazu semi-semi terpaksa mengurus kafe Dona Dona sebab manajer sekaligus pemilik kafe itu yaitu Yukari Tokita (ibunya Nagare) mendadak pergi ke Amerika buat nemenin seseorang mencari orang tuanya yang hilang. Orang yang merupakan pelancong itu suatu hari pernah datang ke kafe Dona Dona buat melintasi waktu supaya bisa ketemu orang tuanya. Tapi setelah time travel pun dia nggak berhasil nemuin sebab salah satu peraturan menyatakan bahwa orang yang pergi ke masa lalu atau masa depan cuma bisa berjumpa dengan orang yang pernah ke kafe itu. Berhubung orang tua seseorang itu nggak pernah ke sana jadi nggak bisa ketemu deh. Gara-gara kasihan lihat orang itu sedih makan Yukari mutusin buat membantu orang itu mencari orang tuanya sampai rela ke Amerika. Sementara Nagare sama Kazu bertugas di kafe Dona Dona, Miki Tokita (anak Nagare) dibantu sama Fumiko dan Goro bertugas di Funiculi Funicula. Sayang banget Miki nggak terlalu banyak diceritain di buku ini. Tapi ada anak imut lain yaitu Sachi Tokita (anak Kazu) yang bikin empat orang di buku ini bisa melintasi waktu (soalnya saat itu di kafe Dona Dona cuma Sachi yang bisa bikin orang pergi ke masa yang lain) Siapa aja empat orang yang ngelakuin time travel dan apa aja tujuan mereka?


Kisah Anak Perempuan yang Tidak Bisa Mengatakan "Dasar Menyebalkan!"–menceritakan seorang wanita berumur dua puluhan bernama Yayoi yang ingin pergi ke masa lalu buat marah-marah sama kedua orang tuanya gara-gara mereka meninggal saat dirinya masih bayi dan tidak berdaya buat hidup sendirian. Yayoi menganggap mereka orang tua yang tidak bertanggung jawab sebab hanya dapat melahirkan bayi tetapi meninggalkan bayi itu begitu saja. Menurut gue Yayoi punya alasan paling unik buat orang melintasi waktu sejauh gue baca seri buku ini. Sebelum-sebelumnya kan orang pergi ke masa lalu atau masa depan buat minta maaf, berterima kasih, menyatakan perasaan sayang, dan sesuatu mengharukan lainnya. Nah ini malah pengen ngomel-ngomel. Begitu menemui orang tuanya di masa lalu Yayoi dihadapin sama sebuah fakta yang bikin dia tersadar akan suatu hal. Walau premisnya unik tapi secara keseluruhan cerita nggak terlalu memuaskan, meskipun nggak bisa dibilang jelek juga. Soalnya cerita ini tuh nggak pernah bener-bener sampai klimaks. Belum sampai titik puncak konflik eh udah penyelesaian aja. Satu aspek menarik dari cerita ini yaitu paradoksnya. Bikin gue kayak “Loh? Kok? Anjir, ternyata…”


Kisah Komedian yang Tidak Bisa Bertanya "Apa Kau Bahagia?"–menceritakan seorang komedian yang berasal dari grup duo terkenal Porondoron bernama Todoroki yang pergi ke masa lalu untuk berjumpa dengan mendiang kekasihnya bernama Setsuko. Tujuan Todoroki ke sana adalah buat ngasih unjuk medali Entertainer Grand Prix (penghargaan dari dunia hiburan) yang merupakan impian Setsuko buat Porondoron. Setsuko mengenal duo Porondoron (Hayashida dan Todoroki) sejak kecil dan banyak banget membantu Porondoron dari awal karir sampai akhirnya wanita itu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Makanya penting bagi Todoroki pergi ke sana buat ngasih kabar baik itu ke orang yang banyak berjasa buat Porondoron sekaligus orang yang jadi pujaan hatinya. Tapi tujuan Todoroki nggak cuma itu. Dia berniat buat selamanya di masa lalu (nggak pengen balik ke masa seharusnya dia berada) karena menurutnya hidup nggak ada artinya lagi setelah menangin medali penghargaan itu. Selama ini Todoroki merasa kebahagiannya berasal dari kebahagiaan Setsuko. Makanya dia mengincar medali yang merupakan cita-cita Setsuko dan begitu dapet rasanya nggak ada lagi alasan buat dia hidup. Gue nobatin cerita ini sebagai cerita paling seru di Dona Dona. Soalnya banyak konflik yang berlangsung antara Todoroki dengan pikirannya sendiri, Todoroki dengan Setsuko, dan Hayashida dengan Reiji si pekerja kafe. Ditambah dengan berbagai spekulasi dugaan Reiji yang berlagak kayak detektif di awal cerita bikin seolah cerita jadi misterius dan banyak teka-teki.


Kisah Seorang Adik yang Tidak Bisa Mengatakan "Maaf."–menceritakan seorang wanita yang sedang mengalami depresi dan gangguan kecemasan bernama Reiko yang kedatangan adiknya yang sudah meninggal dari masa lalu. Wanita bernama Yukika datang buat menyatakan penyesalan gara-gara nggak ngasih tahu penyakit mematikan yang dijangkitnya kepada sang kakak sampai dia meninggal dunia. Yukika ngelakuin itu dengan alasan tidak ingin melihat kakaknya sedih sampai dirinya meninggal. Tapi tindakan itu berujung kepada depresi yang dialami Reiko selama berbulan-bulan. Makanya Yukika datang ke sana dalam rangka mencoba menebus kesalahannya dengan meyakinkan Reiko bahwa dirinya harus tetap hidup bahagia. Yukika bilang kalo Reiko bisa bahagia dirinya akan ikut bahagia soalnya bahagia Reiko bahagianya Yukika juga. Cerita ini kayak diburu-buru buat selesai. Gue nggak habis pikir Reiko yang udah gangguan mental, depresi, bahkan sampai halusinasi selama berbulan-bulan bisa berubah semangat lagi cuma dengan obrolan beberapa menit doang sama adiknya. Mungkin banget emang ada kejadian begitu. Tapi kayak nggak umum aja menurut gue. Setahu gue orang kalo udah depresi berbulan-bulan pasti udah masuk ke tahap depresi yang lebih dalem dan relatif lebih susah buat disembuhin. Apakah dengan ngobrol sama orang yang paling dekat di hidup seseorang bisa mengubah pemikiran seseorang secepat kilat? Nggak tahu lah, pokoknya cerita ini berjalan cepet-cepet. Emangnya mau ke mana sih buru-buru? Cuma situasi mati lampu yang bikin cerita ini menarik.


Kisah Pemuda yang Tidak Bisa Mengatakan "Aku Suka Padamu."–menceritakan seorang pegawai kafe bernama Reiji yang melompat ke masa lalu untuk menyatakan cinta kepada Nanako yang merupakan pengunjung tetap kafe Dona Dona sekaligus teman masa kecil Reiji. Nanako menderita suatu penyakit selama beberapa tahun belakangan dan nemuin seorang pendonor di Amerika. Makanya mereka nggak bisa ketemu langsung soalnya Nanako mendadak harus pergi ke negeri paman sam  buat segera ngelakuin operasi donor jaringan dengan rasio berhasil dan gagalnya 50:50. Kalo operasinya gagal maka dia bakal meninggal. Reiji yang sama sekali nggak tahu soal penyakit yang diderita Nanako mutusin buat balik ke masa lalu. Soalnya dia khawatir nggak bisa ketemu wanita itu lagi di masa depan karena kemungkinan operasinya gagal cukup besar. Sampai waktu bikin tulisan ini gue masih bingung kenapa mereka nggak teleponan aja sih. Toh pas itu dua-duanya cuma terpisah jarak bukan alam. Masa iya sih Nanako nggak punya handphone? Bisa dibilang sejauh ini cerita time travel ini yang paling nggak penting. Soalnya ya…. Kalian bisa langsung chat, telepon, bahkan video call sekalian. Buat apa sampai repot-repot balik ke masa lalu? Gue mau berprasangka baik dengan mikir Reiji nggak mau ganggu persiapan operasi Nanako. Tapi teleponan buat nyatain perasaan doang berapa lama sih? Malah Reiji sekalian bisa pakai kesempatan pas nelepon buat semangatin Nanako langsung. Agak laen.


Beberapa pendapat gue tentang buku ini:

  • Secara penggambaran lingkungan sekitar kafe Dona Dona lebih memberikan suasana segar dan nyaman ketimbang kafe Funiculi Funicula. Nggak cuma jam sama lampu doang yang bisa dilihat. Dona Dona menghadirkan pemandangan laut di kejauhan dan jalanan curam di kaki gunung dengan banyak wisatawan lalu lalang. Karena Dona Dona nggak terletak di bawah tanah jadi pemandangan setiap musim dapat terlihat jelas dan indah dari dalam kafe. Musim semi yang banyak bunga bermekaran, musim gugur banyak dedaunan merah berjatuhan, dan musim dingin yang dihujani salju. 


  • Datangnya para karakter baru dengan penokohan yang tebal dan punya ciri khas yang kuat. Di buku Funiculi Funicula 2 gue ngeluhin soal penokohan tiap karakternya yang nggak setebel buku pertama. Syukur deh di buku ini penggambaran penokohannya udah balik lagi. Yukari yang berjiwa bebas dan suka menolong, Reiji yang pantang menyerah, Nanako yang lebih memperdulikan orang lain dibanding dirinya sendiri, Saki yang ngomong nggak diayak,  dan Sachi yang polos tapi pintar. Jangan lupa perubahan watak tokoh Kazu yang dulunya pendiam dan dingin sekarang lebih hangat dan ekspresif walaupun cenderung masih suka diam. Emang sudah sewajarnya sosok Kazu berubah lebih cair soalnya kan udah punya anak. Otomatis jiwa keibuannya muncul.


  • Miki yang sayang banget nggak banyak diceritain di buku ini. Padahal di akhir buku kedua cerita dibikin seolah-olah Miki bakal dapet spotlight di buku berikutnya. Eh ternyata nggak begitu. Bukan masalah sih sebenarnya, cuma meleset dari perkiraan gue aja.


  • Penyebab kematian para karakternya bosenin. Dari buku pertama sampai buku ketiga ini para karakter di berbagai cerita meninggal mostly gara-gara terkena penyakit sehingga atau urutan dua kecelakaan lalu lintas. Padahal penyebab kematian kan banyak. Dibunuh sama saingan bisnis lah, kecelakaan pekerjaan lah, bunuh diri gara-gara judi online lah, dihabisi sama hewan buas lah, banyak banget. Tapi itu itu terus cerita yang dipakai. Hadeuh.


  • Cerita-cerita yang bosenin. Dari dua belas kisah dalam tiga buku seri ini–Funiculi Funicula, Funiculi Funicula 2, Dona Dona–semuanya kurang lebih sama. Dalam artian apapun situasi yang dialami dan siapapun yang mengalami situasi itu pasti cerita-ceritanya berakhir begitu. Semua cerita punya akhir yang kurang lebih sama. Nggak ada element of surprise yang disajikan sehingga bikin gue sebagai pembaca lama-lama bisa nebak ceritanya.


  • Buku ini bisa dibaca langsung tanpa baca dua buku sebelumnya soalnya nggak terlalu banyak hubungan dengan cerita sebelumnya. Dengan berada di kafe yang lain bikin buku ini kayak berdiri sendiri.




Gue sih bakal bingung misal disuruh urutin ketiga buku seri ini dari yang paling gue suka atau sebaliknya. Tiap buku punya banyak kelebihan dan banyak kekurangan di saat bersamaan. Ujung-ujungnya susah buat gue milih. Tapi setelah baca buku ini gue mendapat satu kesimpulan: Gue nggak penasaran sama buku berikutnya. Dengan alur cerita yang mulai bisa ketebak gara-gara formatnya gitu-gitu terus bikin gue nggak penasaran lagi. Kalo ada buku lanjutannya gue nggak tahu deh bakal baca atau nggak. Di satu sisi nggak penasaran tapi di sisi lain bilang masa depan nggak ada yang tahu. Kecuali gue pergi ke kafe Dona Dona terus minta tolong buat dikirim ke masa depan^^



Komentar

Paling banyak dilihat